Sabtu, 21 Februari 2015

Kopi dari biji salak


Selama ini, banyak orang menganggap biji salak hanyalah sampah. Mereka yang mengkonsumsinya tak banyak tahu jika biji buah bersisik itu memiliki manfaat yang bisa diolah menjadi minuman nikmat.

Di tangan Lestari, biji salak pun tak pernah terbuang sia-sia. Ia berhasil mengolahnya menjadi kopi nikmat yang kini menjadi minuman khas daerah Tapanuli Selatan. Daerah ini memang jadi penghasil salak terbesar di Sumatera Utara.

Di salah satu industri rumah tangga yang ada di Desa Parsalakan, Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan, ribuan biji salak terlihat dijemur di salah satu ruangan untuk dikeringkan sebelum diproses menjadi kopi. Biji salak tersebut diambil dari salak khusus.

Setelah satu minggu dijemur, biji-biji salak tersebut langsung digongseng dalam sebuah kuali khusus. Sejumlah pekerja terlihat sabar memproses biji salak untuk diubah menjadi kopi tradisonal. 

Selanjutnya, setelah biji salak tersebut sudah berwarna hitam langsung ditumbuk di salah satu tempat. Setelah satu jam ditumbuk, biji salak itupun terlihat menjadi bubuk. Tapi, tunggu dulu, proses pembuatannya bukan hanya sampai di situ. Setelah biji salak menjadi halus langsung diblender dan diayak.

Usaha pembuatan kopi biji salak ini berawal dari keinginan membuat inovasi agar biji salak ini tidak terbuang, sehingga hasil olahannya bisa bernilai tinggi.

Masyarakat di Tapanuli Selatan sudah mulai mengenal kopi biji salak ini. Setiap bungkusnya, kopi tersebut dijual dengan harga yang terjangkau.

"Setiap harinya, kami hanya bisa menghasilkan lima kilogram kopi yang berasal dari bubuk salak," kata Lestari.

Sebab, lanjutnya, selain pembuatannya masih tradisional, biji salak tersebut harus dijemur selama satu minggu. Kopi dari biji salak itu sudah dijual di sejumlah pasar swalayan dengan harga Rp 50.000 per bungkusnya.


sumber http://life.viva.co.id/news/read/459165-kopi-nikmat-khas-tapanuli--terbuat-dari-biji-salak