be yayang..goyeng.. |
Bagi sebagian orang, belalang atau dalam bahasa Jawa disebut walang dianggap sebagai serangga untuk pakan burung atau hama yang sering merugikan petani. Tetapi di Gunungkidul, belalang kayu (Valanga nigricornis) ini menjadi primadona bagi warganya, baik sebagai penikmat maupun para pencari rejeki. Selain kaya gizi, belalang kayu merupakan sumber pendapatan yang dapat menambah pemasukan. Menurut penuturan seorang pemburu belalang Gunungkidul, Wardiono, ia lebih memilih bekerja sebagai pemburu belalang daripada menjadi buruh bangunan karena penghasilannya tidak jauh beda. Dalam sehari ia dapat meraup keuntungan berkisar antara 30 – 40 ribu rupiah.
Pada sore hari belalang hasil tangkapan warga banyak dijajakan di sejumlah ruas jalan di Gunungkidul, seperti jurusan Gading-Wonosari, Wonosari-Ponjong, Wonosari-Semanu, dan Paliyan-Trowono. Tentu saja belalang yang dijajakan di sini masih mentah dan masih hidup. Namun, bagi para pengunjung yang ingin menikmati langsung makanan khas Gunung Kidul ini tidak perlu khawatir karena sudah banyak rumah-rumah makan yang menyediakan menu belalang goreng yang sudah diolah dengan bumbu khusus sehingga rasanya menjadi lezat dan gurih. Cara pengolahannya cukup sederhana, yaitu belalang dibersihkan dari sayap, suthang (kaki bagian belakang), dan kotorannya. Setelah itu, belalang dicuci hingga bersih dan kemudian direndam selama 15 menit dengan bumbu-bumbu khusus. Setelah itu, barulah belalang bisa digoreng.
sumber http://belalanggoreng.com